RANGKUMAN MATERI IAD
PERTEMUAN KE-6
NAMA : MIA DWI R
NPM : 115040068
KELAS : 1C
JURUSAN : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG
JATI
KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DAN PERSEBARANNYA
A. BIOSFER DAN MAKHLUK HIDUP
1.
Pengertian
Biosfer
Biosfer adalah zona tipis di bumi dan di atas
permukaan bumi yang tidak lebih dari 20 km tebalnya. Sampai saat ini, bumi
merupakan satu-satunya tempat di alam dunia yang diketahui terdapat kehidupan
dan tempat makhluk hidup melangsungkan segala aktivitas hidupnya. Biosfer
terdiri dari sebagian lapisan atmosfer dan lapisan kulit bumi. Lapisan atmosfer
adalah merupakan lapisan udara di atas bumi membungkus bumi dengan gas-gas dan
terdiri dari 3 lapisan utama:
·
Ionosfer
: (berada lebih dari 80 km di atas muka bumi).
·
Stratosfer
: (berada pada 16 – 80 km di atas muka bumi).
·
Troposfer
: (berada pada 0 – 16 km di atas muka bumi).
Troposfer adalah lapisan yang dinamis, di mana
terdapat uap air yang dapat membentuk awan dan hujan periodik. Sampai saat ini,
baru diketahui bahwa makhluk hidup hanya dapat beraktivitas di lapisan
troposfer ini.
Lapisan kulit bumi terdiri dari dua bagian:
·
Litosfer :
merupakan bagian yang padat dari lapisan kulit bumi.
·
Hidrosfer :
merupakan bagian yang cari dari lapisan kulit bumi.
Seperti diketahui, makhluk hidup tinggal dan
beraktivitas di kedua lapisan kulit bumi tersebut. Jadi makhluk hidup hanya
dapat beraktivitas pada lapisan troposfer dari atmosfer, hidrosfer dan
litosfer. Oleh karena itu, ketiga lapisan tersebut disebut dengan lapisan
biosfer.
2.
Makhluk
Hidup
Kita dapat membedakan antara makhluk hidup dengan
benda mati dengan mengetahui ciri-cirinya, dibawah ini ciri-ciri yang dimiliki
oleh makhluk hidup, yaitu:
1.
Respirasi/bernafas
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup.
Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan
dengan pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup proses-proses
yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada semua
tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak melulu melibatkan oksigen.
2.
Memerlukan
makanan/nutrisi
Nutrisi adalah
substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem
tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan dan
cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh
3.
Bergerak
4.
Tumbuh dan
berkembang
5.
Berkembang
biak/reproduksi
Reproduksi
merupakan proses yang dilakukan oleh makhluk hidup untuk menghasilkan individu
baru (keturunan) dari jenisnya dinamakan reproduksi (perkembangbiakan). Tujuan
reproduksi adalah untuk mempertahankan kelestarian suatu spesies (jenis)
makhluk hidup
6.
Menyesuaikan
diri terhadap lingkungannya /beradaptasi
Adaptasi adalah
cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme
yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk: memperoleh air,
udara dan nutrisi (makanan), mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti
temperatur, cahaya dan panas, mempertahankan hidup dari musuh alaminya,
bereproduksi, merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya
7.
Peka terhadap
rangsang/ irritabilitas
Gerakan pada
tumbuhan merupakan suatu resapan terhadap rangsangan (stimulus) baik yang
berasal dari dalam maupun dari luar individu. Jadi timbulnya gerak pada
tumbuhan merupakan bukti adanya iritabilitas.
3.
Sel Sebagai
Unit Kehidupan
Sel sebagai unit
struktural maksudnya adalah sel merupakan satuan terkecil penyusun tubuh
organisme. Organisme multiseluler, tubuhnya dibangun oleh banyak sel yang
diperoleh dari pembelahan mitosis berulang-ulang sebuah sel tunggal
(monoseluler) yang disebut zigot.
Akibatnya
organisme mengalami pertumbuhan. Oleh karena itu dikatakan sel sebagai unit
pertumbuhan. Zigot dihasilkan dari peleburan sel kelamin (sel benih) jantan dan
betina. Karena dari sel kelamin dapat dihasilkan individu baru, sel dikatakan
juga sebagai unit produksi. Masing-masing sel kelamin (sel kelamin jantan dan
sel kelamin betina) membawa materi genetik (genom) sebagai penentu sifat
(karakter) yang akan diwariskan kepada turunannya (individu baru). Sifat oleh
karena itu sel dikatakan juga sebagai unit hereditas. Di dalam masing-masing
sel penyusun tubuh makhluk hidup terselenggara semua aktivitas kehidupan, baik
pada organisme uniseluler, organisme yang selnya bergabung membentuk koloni dan
pada organisme uniseluler. Pada organisme uniseluler, seluruh aktivitas hidup
dilaksanakan oleh sel tersebut. Pada organisme yang berbentuk koloni belum
tampak diferensiasi fungsi yang jelas dari masing-masing sel penyusun
koloninya. Sedangkan organisme multiseluler terdapat diferensiasi fungsi untuk
menjalankan aktivitas kehidupan. Komposisi kimiawi sel yang spesifik, kemampuan
melaksanakan metabolisme, reproduksi, tumbuh menjadi besar, tanggap terhadap
rangsang dan berdaur hidup adalah hal-hal yang membedakan organisme dengan
benda mati.
4.
Reproduksi Sel
dan Makhluk Hidup
a. Reproduksi
Sel
Reproduksi sel
dapat diartikan sel memperbanyak diri, baik yang terjadi pada organisme tingkat
sel (uniseluler) maupun yang terjadi pada sel-sel penyusun tubuh organisme
multiseluler.
Reproduksi sel
dapat dibedakan atas: amitosis dan meiosis. Amitosis adalah pembelahan
langsung tanpa melalui tahapan. Pada amitosis, mula-mula nukleus membelah
kemudian diikuti pembagian sitoplasma dari sel induk, dan dari satu sel induk
bisa terbentuk dua sel baru atau lebih. Mitosi adalah pembelahan sel
melalui beberapa tahapan utama yaitu: profase, metafase, anafase dan telofase.
Mitosis ditujukan untuk memperbanyak sel, biasanya terjadi pada proses
pertumbuhan individu dan perbaikan (pengganti) sel-sel tubuh yang rusak.
Pembelahan mitosis akan menghasilkan sel anak yang merupakan duplikat sel
induknya, dimana jumlah dan kandungan kromosom sel anak dipertahankan sama
seperti jumlah dan kandungan kromosom sel induknya, dan dari satu sel induk
dihasilkan dua sel anak. Meiosis adalah pembelahan sel yang bersifat
reduksi dari sel yang diploid menjadi sel haploid (terjadi penurunan jumlah
kromosom sel anak menjadi setengah jumlah kromosom sel induknya), dan dari satu
sel induk menjadi empat sel anak. Meiosis terdiri dari dua tahap pembelahan
yaitu meiosis I dan meiosis II. Meiosis I terdiri dari profase I yang terbagi
lagi menjadi 5 fase yaitu leptonema, zygonema, pakhinema, diplonema, dan
diakinesis. Pada profase I ini terjadi peristiwa crossing over yang
berakibat keragaman genetik pada sel anak (gamet). Akibatnya variasi individu
yang dihasilkan dari peleburan gamet jantan dan gamet betina sangat banyak.
Metafase I, anafase I dan telofase I adalah mekanisme pemisahan kromosom yang
homolog dan menghasilkan 2 sel anak dengan kromatid diad. Miosis II terdiri
dari profase II, metafase II, anafase II dan telofase II dan merupakan
mekanisme pemisahan kromatid diad serta menghasilkan 4 sel anak dengan kromosom
haploid. Meiosis terjadi pada proses pembentukan sel kelamin pada sistem
reproduksi bagi individu yang bereproduksi secara seksual.
b. Reproduksi
Makhluk Hidup
Bagi setiap
makhluk hidup, ada saatnya dimana kemampuan untuk melaksanakan metabolisme,
pertumbuhan, dan daya tanggapnya terhadap rangsang tidak memadai lagi untuk
mempertahankan organisasinya yang rumit terhadap kekuatan-kekuatan lain.
Serangan pemangsa, parasit, kelaparan, faktor lingkungan yang ekstrim, atau
proses menua (aging) dapat mematikan makhluk hidup. Oleh karena itu,
sebelum makhluk hidup menghasilkan individu baru melalui proses reproduksi.
Proses yang
dilakukan oleh makhluk hidup untuk menghasilkan individu baru (keturunan) dari
jenisnya dinamakan reproduksi (perkembangbiakan). Tujuan reproduksi adalah
untuk mempertahankan kelestarian suatu spesies (jenis) makhluk hidup. Banyak
cara reproduksi yang dilakukan oleh organisme. Cara-cara reproduksi
tersebut dikelompokkan atas: 1) reproduksi aseksual (vegetatif), dan 2)
reproduksi seksual (generatif).
Reproduksi
aseksual adalah jenis reproduksi yang dilakukan oleh suatu organisme dengan
melibatkan sel tubuh saja tanpa melibatkan sel kelamin. Pada hewan,
perkembangbiakan seperti ini umumnya hanya dijumpai pada hewan rendah, misalnya
paramaecium, amoeba, dan euglena dengan membelah diri; hydra dan ubur-ubur
dengan bertunas; bintang laut dan planaria dengan fragmentasi. Pada tumbuhan
reproduksi aseksual dilakukan oleh tumbuhan rendah sampai tumbuhan tinggi;
misalnya membentuk spora pada algae dan lumut; tunas, umbi, rizoma pada
tumbuhan tinggi.
Reproduksi
seksual adalah perkembangbiakan makhluk hidup yang melibatkan sel kelamin
(gamet). Dengan demikian, yang dimaksud reproduksi seksual bukan hanya
perkembangbiakan melalui perkawinan (peleburan sel kelamin jantan dan betina)
saja, tetapi partenogenesis pun termasuk di dalamnya. Partenogenesis adalah
reproduksi seksual dimana gamet betina (ovum) tumbuh menjadi embrio tanpa
menyatu dengan gamet jantan (sperma). Partenogenesis ini dijumpai pada lebah,
semut, lalat buah, dan lain-lain. Konyugasi pun dimasukkan ahli ke dalam jenis
reproduksi seksual.
1.
Reproduksi Alami
pada Hewan
Hewan dapat
melakukan reproduksi aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual pada hewan
sedikit terjadi jika dibandingkan dengan tumbuhan, dan hanya terbatas pada
hewan tingkat rendah, yaitu dengan cara pembelahan sel, pertunasan (“budding”),
dan fragmentasi.
2.
Reproduksi Alami
pada Tumbuhan
Sebagaimana yang
terjadi pada hewan, tumbuhan juga melakukan reproduksi aseksual dan seksual.
Bedanya, pada tumbuhan, semua tingkatan mulai dari tumbuhan tingkat rendah
sampai tumbuhan tingkat tinggi mampu melakukan reproduksi aseksual maupun
seksual. Pada tumbuhan, fertilisasi dan meiosis membagi kehidupan individu
menjadi dua fase atau generasi, yaitu generasi gametofit mulai dengan spora
yang dihasilkan saat meiosis. Spora ini haploid dan semua sel yang
diturunkannya juga haploid. Diantara sel-sel yang dihasilkan generasi sporofit
mulai dengan zigot yang diploid, semua sel yang berasal dari sini yang
berkembang dengan cara mitosis juga diploid. Akhirnya sel-sel tertentu akan
menjalani meiosis sehingga terbentuk spora-spora, pertanda dimulai kembali
generasi gametofit.
3.
Reproduksi
Buatan
Reproduksi
buatan umumnya sengaja dilakukan oleh manusia untuk menunjang kesejaheraanya.
Reproduksi buatan ini dapat dilakukan secara in vivo maupun in vitro.
Reproduksi vegetatif buatan sangat banyak dilakukan manusia pada tumbuhan,
misalnya memperbanyak tanaman dengan stek, cangkok, menyambung, menempel, dan
lain-lain. Kesemua cara ini ditujukan agar tanaman berproduksi dalam waktu yang
cepat dan kualitas baik.
Pada reproduksi
buatan in vitro (yang sangat dikenal dengan bayi tabung pada manusia),
reproduksi dilakukan dengan cara menyatukan gamet jantan dan gamet betina di
luar tubuh hewan yang bersangkutan, yang biasanya digunakan cawan petri, karena
itulah disebut in vitro yang secara harfiah artinya di dalam gelas
(cawan). Setelah terjadi pembuahan dalam cawan, embrio dibiarkan berkembang
sampai stadium blastula, kemudian ditransfer ke dalam rongga uterus (rahim)
ibu. Di dalam rahim itu embrio berkembang, berimplantasi, dan menjadi individu
baru seperti pada kehamilan biasa. Teknik seperti ini sering disebut bayi
tabung.
B. ASAL MULA KEHIDUPAN DAN EVOLUSI MAKHLUK HIDUP DI BUMI
1.
Hipotesis
tentang Asal Mula Kehidupan
·
Teori Cosmozoa
Teori ini
mengatakan bahwa makhluk hidup datang di bumi dari bagian lain alam semesta
ini. Asumsi yang mendasari teori ini adalah (a) benda hidup itu ada atau telah
ada di suatu tempat dalam alam semesta ini, (b) hidup itu dapat dipertahankan
selama perjalanan antar benda angkasa ke bumi.
·
Teori Pfugler
Teori ini
mengatakan bahwa bumi berasal dari suatu materi yang sangat panas sekali,
kemudian dari bahan itu mengandung karbon dan nitrogen berbentuk senyawa
cyanogens (CN), dimana senyawa tersebut dapat terjadi pada suhu yang sangat
tinggi dan selanjutnya berbentuk zat protein sebagai pembentuk protoplasma yang
akan menjadi makhluk hidup.
·
Teori Moore
Mengatakan bahwa
makhluk hidup dapat muncul dari kondisi yang cocok dari bahan anorganik pada
saat bumi mengalami pendinginan melalui suatu proses yang kompleks dalam
larutan yang labil. Bila fase keadaan kompleks itu tercapai akan muncullah
makhluk hidup.
·
Teori Allen
Mengatakan bahwa
pada saat keadaan fisik bumi ini seperti keadaan sekarang, beberapa reaksi
terjadi, yaitu reaksi yang datang dari sinar matahari diserap oleh zat besi
yang lembab dan menimbulkan pengaturan atom dan materi-materi. Interaksi antara
nitrogen, karbon, hidrogen, oksigen, dan sulfur dalam genangan air di muka bumi
akan membentuk zat-zat yang akhirnya membentuk protoplasma benda hidup.
·
Teori
Transedental atau Penciptaan
Merupakan
jawaban secara religi bahwa makhluk hidup itu diciptakan oleh Super Nature atau
Yang Maha Kuasa di luar jangkauan sains.
·
Teori
Abiogenesis atau Generatio Spontanea
Teori ini
dikemukakan oleh seorang ilmuwan yang bernama Aristoteles, dia mengatakan bahwa
makhluk hidup terjadi secara spontan. Hal tersebut berdasarkan pengamatan
seperti cacing berasal dari lumpur, ulat berasal dari daging yang membusuk.
·
Percobaan
Lazzaro Spalanzani (1729-1799)
Dia melakukan
eksperimen dengan menggunakan air kaldu yang dimasukkan dalam tabung reaksi
dengan perlakuan yang berbeda-beda. Dalam tabung reaksi I diisi air kaldu dan
ditutup rapat-rapat kemudian disimpan. Tabung reaksi II diisi kaldu, dipanaskan
± 15 menit, ditutup rapat kemudian disimpan. Tabung raksi III diisi air kaldu
terus dipanaskan ± 15 menit kemudian disimpan tanpa diberi tutup. Setelah beberapa
hari diamati ternyata tabung reaksi I dan III dijumpai ada jasad
renik/kehidupan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa adanya telur harus
ada jasad renik dulu atau omne ovum ex vivo.
·
Teori Biogenesis
Dikemukakan oleh
Louis Pasteur (1822-1895) yang melakukan eksperimen dengan menggunakan air
kaldu dengan labunya yang berbentuk leher angsa. Kesimpulan dari eksperimennya
adalah kehidupan yang terjadi karena adanya kehidupan sebelumnya, dan segala
sesuatu yang hidup berasal dari telur atau omne vivum ex ovo, omne ex vivo.
Adanya teori Biogenesis menggugurkan teori Abiogenesis.
·
Harold urey
(1893)
Berpendapat
bahwa atmosfer di bumi suatu saat kaya akan zat-zat kimia seperti CH4
(Metana), NH3 (Amoniak), H2 (Hidrogen) yang
bersama-sama uap air akan bereaksi dengan sinar kosmis dan loncatan-loncatan/
kilatan-kilatan listrik alam (petir) dapat membentuk senyawa protein yang
merupakan komponen dasar dari makhluk hidup. Zat-zat ini berjuta-juta tahun
berkembang menjadi berbagai organisme.
·
Stanley L.
Miller (1953)
Mengadakan
percobaan dengan bunga-bunga api listrik dan sumber listrik bertegangan tinggi
ke suatu saluran yang di dalamnya terdapat larutan uap yang mengandung metana,
amoniak, dan nitrogen. Dari percobaan itu terbentuk senyawa-senyawa organik
seperti asam amino dan deoksiribosa serta asam nukleat. Ini semua merupakan
senyawa-senyawa dasar yang biasanya ditemukan pada setiap jasad hidup.
Kesimpulan percobaan ini adalah : kehidupan ada karena kehidupan sebelumnya,
unsur yang paling banyak dalam makhluk hidup adalah oksigen, persenyawaan yang
terbanyak dalam makhluk hidup adalah air.
2.
Proses
Evolusi Makhluk Hidup di Bumi
Beberapa episode
utama dalam sejarah kehidupan yang penentuan waktu kejadiannya berdasarkan pada
bukti fosil dan analisis molekuler menunjukkan perubahan makhluk hidup dari
bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks dan bervariasi terjadi karena
DNA mengalami perubahan kode genetik (mutasi). Kode genetik yang paling sesuai
dengan keadaan lingkungan akan mendapat peluang yang lebih baik untuk
berkembang. Organisasi yang dapat bertahan hidup di lingkungan tertentu disebut
dengan adaptasi. Makhluk hidup yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan
hidupnya dapat mengembangkan populasinya, sedangkan yang tidak mampu
beradaptasi akan punah inilah yang disebut dengan seleksi alamiah (natural
selection).
Kehidupan
dimulai sangat dini dalam sejarah bumi, dan organisme pertama merupakan nenek
moyang dari keanekaragaman biologis yang kita lihat saat ini. Organisme
makroskopis dan multiseluler terutama tumbuhan dan hewan serta manusia berasal
dari organisme mikroskopis dan uniseluler (bersel tunggal).
Dari sejarah
kehidupan di bumi, diperkirakan bumi dibentuk 4,5 milyar tahun silam. Kehidupan
di bumi diperkirakan bermula antara 3,5 – 4.0 miliar tahun silam. Setelah bumi
cukup dingin muncul kehidupan pertama sekitar 3,8 miliar tahun silam yang
dibuktikan dengan isotop karbon hasil aktivitas metabolis organisme dalam
batuan yang berumur 3,8 miliar tahun silam di Greenland (tanah hijau di kutup
Utara), yang diperkirakan oleh saintis adalah organisme prokariotik. Organisme
prokariotik berfilamen berumur 3,5 miliar tahun silam, fosilnya ditemukan di
Afrika Selatan dan Australia Barat. Kehidupan prokariotik purba ini ditemukan
pada batuan yang disebut stromatolit (bahasa Yunani: stroma =
tempat tidur, dan lithos = batu). Stromatolit adalah kubah
bergaris-garis yang tersusun dari batuan sedimen. Fosil tersebut saat ini
merupakan fosil organisme hidup tertua yang diketahui. Namun demikian fosil
yang terdapat di Australia Barat tampak seperti organisme fotosintetik, yang
mungkin merupakan organisme penghasil oksigen. Jika demikian halnya, maka
mungkin kehidupan telah berkembang jauh sebelum organisme ini hidup,
kemungkinan sekitar 4,0 miliar tahun silam.
C. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP
1.
Penyebab
Keanekaragaman Makhluk Hidup
Menurut para
ahli, keanekaragaman makhluk hidup seperti yang kita lihat sekarang ini
terbentuk dari proses evolusi. Ketika bumi baru saja terbentuk, yang terjadi
adalah proses evolusi yang lebih besar, yang kemudian memunculkan sel pertama (ancestor
cell). Setelah dalam waktu yang cukup lama dalam sejarah evolusi, dari sel
pertama ini kemudian memunculkan organisme multiseluler pada awal era
Paleozoikum. Proses evolusi makhluk hidup berlanjut seiring dengan perubahan
iklim dan pergeseran benua. Pada akhirnya sebagai hasil proses evolusi,
bermunculanlah beranekaragam makhluk hidup. Zaman keemasan Reptilia, Tumbuhan
Berbunga, dan Mammalia terjadi pada akhir era Mesozoikum (Mesozoic) dan
awal era Senozoikum (cenozoic).
Walaupun Charles
Robert Darwin mencetuskan evolusi sebagai suatu teori yang menyebabkan makhluk
hidup berubah dan menjadi beraneka ragam melalui proses seleksi alam dalam
waktu yang sangat lama, namun ia belum mengetahui tentang DNA dan mekanisme
pewarisannya. Namun demikian diketahui bahwa variasi yang ada pada individu
bersifat genetis. Kemudian diketahui bahwa sumber terjadinya variasi adalah
mutasi, yaitu perubahan susunan kimiawi DNA yang berlangsung sedikit demi
sedikit dan memakan waktu lama. Mutasi memodifikasi DNA dan menyebabkan
terjadinya spesies baru (spesiasi). Jadi mekanisme evolusi adalah akumulasi
perubahan secara bertahap dalam kurun waktu lama, sampai suatu kelompok
organisme cukup nyata berbeda dari kelompok asalnya sehingga dapat disebut
sebuah spesies baru. Hal tersebut dapat terjadi bila ada penghalang fisik yang
memisahkan suatu populasi induknya (yang akan menghasilkan spesiasi alopatrik),
atau gene pools mereka menjadi terpisah akibat adanya variasi
lingkungan (yang akan menghasilkan spesiasi parapatrik). Pola evolusi
dikenal dengan evolusi divergen (bila dua atau lebih spesies berevolusi dari
sebuah leluhur yang sama), dan evolusi konvergen (bila evolusi organisme yang
berasal dari leluhur yang berbeda, beradaptasi pada lingkungan hidup yang
sama).
2.
Pengelompokan
(Klasifikasi Makhluk Hidup)
Klasifikasi
makhluk hidup dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu sistem buatan (artifisial),
sistem alamiah dan sistem filogenetik. Sistem buatan yaitu pengelompokan
makhluk hidup yang didasarkan lebih banyak kepada ciri-ciri morfologi atau
habitatnya, tetapi penggunaan ciri-ciri alami masih terbatas sehingga
kelompok-kelompok yang dihasilkan juga terbatas. Contoh:
Klasifikasi oleh
Aristoteles yang mengelompokkan tumbuhan berdasarkan habitat dan perawakannya
menjadi 4 kelompok, yaitu; gulma atau liana, semak, perdu, dan pohon. Klasifikasi
oleh Carolus Linnaeus yang mengelompokkan tumbuhan menurut jumlah benang sari,
yaitu: monandrie (1 benang sari), diandrie (2 benang sari) dan seterusnya.
D.
PERSEBARAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN MANUSIA
1.
Persebaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran makhluk
hidup antara lain adalah: pergeseran benua, lingkungan hidup (habitat), letak
geografis (lintang), dan iklim.
Persebaran tumbuhan menyebabkan terjadinya vegetasi
yang disebut fegetasi primer, sekunder dan klimaks. Persebaran hewan
berdasarkan letak geografis, dan terbagi menjadi 6 wilayah, yaitu:
1.
Palaeartik,
terdiri dari eropa dan sebagian besar asia.
2.
Neartik, terdiri
dari Amerika utara dan sekitarnya, disini merupakan asal usul mammalia
berplasenta.
3.
Neotropik,
terdiri dari Amerika bagian selatan.
4.
Etiopian,
terdiri dari seluruh bagian afrika.
5.
Oriental,
terdiridari sebagian asia , termasuk diantaranya adalah india, Thailand,
Filipina, Indonesia bagian barat.
6.
Australian,
Terdiri dari australia dan Indonesia bagian timur.
Persebaran hewan di Indonesia dinyatakan dengan garis
maya yang disebut Garis Wallace.
Persebaran organisme di bumi dipengaruhi oleh faktor:
1.
Faktor
Lingkungan
Dua faktor
lingkunganutama yang berpengaruh terhadp persebaran makhluk hidup adalah faktor
abiotik (daratan, perairan, dan lintang geografis) dan biotik (tumbuhan, hewan
dan jasad renik (mikroorganisme).
2.
Faktor Sejarah
Geologi
Kira-kira
200 juta tahun yang lalu, yaitu pada periode jurasik awal, benua-benua
utama bersatu dalam superbenua (supercontinent) yang disebut Pangaea.
Hipotesis ini disampaikan seorang ilmuwan Jerman. Alfred Weneger pada tahun
1915. hipotesis ini disampaikan lewat bukunya yang berjudul Asal-usul
Benua-benua dan Lautan.
Pada awal tahun
1960-an, bukti-bukti mengenai pergerakan/pergeseran benua (continental drift)
berhasil ditemukan. Benua-benua yang tergabung dalam Pangea mulai memisah
secara bertahap. Terbukanya laut Atlantik Selatan dimulai kira-kira 125-130
juta tahun lalu, sehingga Afrika dan Amerika Selatan bersatu secara
langsung. Namun, Amerika Selatan juga telah bergerak perlahan ke Amerika Barat
dan keduanya dihubungkan tanah genting Panama. Ini terjadi kira-kira 3,6 juta
tahun yang lalu. Saat “jembatan” Panama terbentuk secara sempurna, beberapa
hewan dan tumbuhan dari Amerika Selatan termasuk Oposum dan Armadillo
bermigrasi ke Amerika Barat. Pada saat yang bersamaan beberapa hewn dan
tumbuhan dari Amerika Barat seperti oak, hewan rusa, dan beruang bermigrasi ke
Amerika Selatan. Jadi perubahan posisi baik dalam skala besar maupun kecil
berpengaruh besar dalam pola distribusi organisme, seperti yang kita saksikan
saat ini. Contoh lain adalah burung-burung yang tidak dapat terbang, misalnya
ostriks, rhea, emu, kasuari dan kiwi terlihat memiliki divergensi percabangan
sangat awal dalam perjalanan evolusi dari semua kelompok burung lainnya.
Akibatnya terjadilah subspesies tadi.
3.
Faktor
Penghambat Fisik
Faktor
penghambat fisik disebut juga penghalang geografi atau barrier (isolasi
geografi) seperti daratan (land barrier), perairan (water barrier),
dan penggentingan daratan (isthmus). Contohnya adalah: gunung yang
tinggi, padang pasir, sungai atau lautan membatasi penyebaran dan kompetisi
dari suatu spesies. Contoh kasusnya adalah terjadinya subspesies burung finch
di kepulauan Galapagos akibat isolasi geografis. Di kepulauan tersebut, Charles
Darwin menemukan 14 spesies burung finch yang diduga berasal dari satu jenis
burung finch dari Amerika Selatan. Perbedaan burung finch tersebut akibat
keadaan lingkungan yang berbeda. Perbedaannya terletak pada ukuran dan bentuk
paruhnya. Perbedaan ini ada hubungannya dengan jenis makanan.
4.
Persebaran
Tumbuhan dan Hewan
Garis lintang
bumi (lattude) menunjukkan terdapatnya 4 wilayah iklim di bumi, yaitu
tropis, subtropis, dingin, dan kutub. Perbedaan iklim tersebut, selain jenis
tanahnya akan memberikan perbedaan jenis tumbuhan yang hidup di sana karena
faktor adaptasi dengan lingkungan. Dengan ketinggian lahan dari permukaan laut
sampai ke puncak gunung yang paling tinggi (altitude) juga menunjukkan
perbedaan iklim yang mirip, yang menyebabkan pada dataran rendah sampai ke
dataran tinggi didiami oleh tumbuhan yang berbeda-beda.
Pada persebaran
hewan lebih ditentukan oleh letak/wilayah geografis (zoogeografis). Di bumi,
daerah persebaran hewan (zoogeografi) dibedakan menjadi enam lokasi berdasarkan
persamaan fauna, yaitu: 1) Palearktik (palearctic) yang meliputi Asia
sebelah utara Himalaya, Eropa dan Afrika, dan Gurun Sahara sebelah Utara, 2)
Nearktik (nearctic) yaitu Amerika Utara, 3) Neotropis (neotropical)
yaitu Amerika Selatan bagian tengah, 4) Oriental meliputi Asia dan Himalaya
bagian Selatan; 5) Etiopia (ethiopian) yaitu Afrika, dan 6) Australia (australian)
meliputi Australia dan pulau-pulau sekitarnya.
2.
Sejarah
Perkembangan Manusia
Telah dijelaskan bahwa manusia masuk dalam kelas Mammalia. Ciri-ciri manusia yang mirip dengan mamalia adalah:
·
Mempunyai rambut
·
Mempunyai
kelenjar keringat
·
Menyusui anaknya
Manusia termasuk pada ordo primata dapat kita pelajari
hubungan kekerabatannya dengan mengadakan perbandingan antara manusia dengan
primata (kera).
Persamaan manusia dengan kera:
·
Mata menghadap
ke depan
·
Ibu jari tungkai
depan dapat digerakkan ke segala arah
·
Letak kelenjar
mammae di dada
·
Bentuk rahim
bertipe simpleks (satu ruangan)
Perbedaan antara manusia dan kera:
·
Kera termasuk
familia Pongidae, sedangkan manusia termasuk familia Hominidae
· Volume otak
manusia (1450 cm3) lebih besar dari otak kera ( shimpanse yang
paling cerdas vol. Otaknya 550 cm3) dan masih memungkinkan untuk
berkembang
· Anggota tubuh
belakang pada manusia untuk berjalan, sedenga pada kera untuk memegang.
· Tungkai belakang
manusia lebih panjang dari tungkai depan, sedang pada kera tungkai depan lebih
panjang atau sama dengan tungkai belakang
·
Susunan
haemoglobin berbeda